Pages

Sabtu, 20 Juli 2013

Pada Suatu Waktu Di Tempat Yang Eksotis

Buat Nik
Nik, tampaknya kau perlu seduh secangkir kopi susu sebelum baca tulisan ini. Jika sudah, kau pilihlah tempat paling tenang. Pasang posisi sesantai mungkin dengan bersandar di kursi, berbaring di kasur atau boleh juga menggelesot di atas lantai. Senyaman kamu. Dengarkan musik yang merdu supaya menimbulkan suasana syahdu. Nikmatilah barisan kata-kata yang nanti akan melantun sembari menyeruput hangatnya kopi susu.
Tulisan ini aku karang lantaran tempo hari kau mengeluh sedang dilanda kebosanan. Bahkan si bosan kelihatannya sudah memuncak. Iya tidak?

Selasa, 19 Maret 2013

Menginsafi Indonesia

Indonesia sederhana. Tapi senyatanya terlalu sederhana jika mendeskripsikan negeri ini hanya lewat satu-dua-tiga kata. Perlu banyak kata untuk menjelaskan. Butuh bermacam perspektif untuk menerjemahkan. Dan Ahmad Yunus, -bersama Farid Gaban- lewat buku ini menyajikan realitas Indonesia dalam aneka cerita, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. 

Narasi Yunus amat memesona. Benar-benar hidup. Membikin setiap orang yang membacanya serasa diseret untuk ikut ke dalam petualangan ajaib dua orang 'nggak waras' ini. Sungguh pengalaman yang menggiurkan. Yunus tampaknya berhasil menciptakan keinginan pada diri pembacanya untuk singgah di sudut-sudut nan elok Indonesia dan -tentu saja- sudut Indonesia yang penuh ironi: perompak berseragam, gelimangan kekayaan alam yang salah urus sehingga tak mengubah kemiskinan rakyat jadi kesejahteraan, kerusakan lingkungan, moda transportasi bahari yang mengenaskan, pembangunan terpusat di Jawa dan melupakan pedalaman hingga kegelisahan masyarakat di Perbatasan akan kesahihan NKRI. Ya, Indonesia seksi tapi hanya jadi halusinasi bagi sebagian mereka yang tinggal di gugusan pulau. Mereka yang jauh dari kehidupan Jawa. Jauh dari hiruk pikuk Jakarta. 

Makna terpenting dari buku ini adalah membangunkan keinsafan bahwa Indonesia bukanlah rumah ternyaman bagi sementara orang. Oleh karenanya, ibarat bangunan rumah, ada beberapa bagian dari rumah Indonesia yang bobrok yang perlu dibenahi dan diberesi. Tidak menunggu nanti-nanti. Segera.

Rabu, 30 Januari 2013

Mencari Titik Temu

AKU PUNYA EGO. Kamu punya ego. Setiap manusia punya sisi egoistis. Bukan untuk dipertentangkan. Bukan pula untuk dipertengkarkan. Tapi untuk didialogkan. Lapang dada bersedia untuk melebur keakuan. Dengan kepala dingin dan lunak hati. Supaya diperoleh titik temu. Bijaksana untuk kamu. Bijaksana untuk aku. Bijaksana untuk bersama.

Senin, 28 Januari 2013

Caping Pemberian Nik


SORE ITU JANU melihat komputer di ruang dokumentasi di kantornya sedang tidak dipakai. Mumpung menganggur pikirnya, langsung saja Janu duduk manis di depan meja komputer. Ditekannya tombol power pada CPU. Komputer ON. Komputer yang telah tersambung internet itu menyala dan Janu berselancar di alam maya. Cek email di Yahoomail, ikuti garis waktu di Twitter, baca-baca berita di tempo.co dan terakhir yang jadi niat Janu sedari awal adalah masuk ke Yahoo Messenger.
Setelah  menyeruput kopi bikinannya, Janu mengetik Yahoo ID dan password. Tak-tik-tak-tik suara tuts keyboard terdengar berdetik. Janu memasukkan Yahoo ID: doktor belalang. Password: bla-bla-bla. Klik sign in dan, si bulat kuning –icon YM– yang tertidur pulas kini terbangun dan tertawa riang. Senyumnya lebar merekah. Barangkali dia baru saja mimpi bertemu artis idolanya.

Senin, 14 Januari 2013

Tintin Dan Seorang Ibu Pedagang Pasar


JARUM JAM DI DINDING telah menunjukan pukul satu pagi. Senin dini hari. Janu belum tidur. Ia masih menonton Alvin and the chipmunks di depan layar laptopnya. Namun tampaknya film itu belum membuat kejenuhan Janu malam itu hilang. Maka dia putuskan memutar satu film lagi. Dibukanya folder berlabel film, digerakkan cursor mouse naik-turun mengikuti kehendaknya, menelusur satu-per-satu deretan berkas yang tertata rapi dengan cover film berwarna-warni dan klik, Janu pilih satu judul: The Adventures of Tintin.
Bagi Janu, Tintin adalah film yang sudah lama ingin ia tonton sejak dirilis dan tayang di bioskop Indonesia 2011 yang lalu. Meski film sudah diputar di gedung pertunjukan tapi Janu sama sekali tak sempat mendatanginya ketika itu. Ya, konon kesibukan jadi faktor utama. Namun Janu dapat berlega hati karena, beberapa bulan silam dia telah dapatkan file film yang disutradarai Steven Spielberg itu dari seorang kawannya. Riang bukan kepalang.
Film yang telah ’mendekam’ lama di dalam ’kurungan’ laptop Janu itu, akhirnya ’menghirup udara bebas’ kemarin malam saat Janu menontonnya dalam durasi kurang lebih satu setengah jam.