Pages

Selasa, 19 Maret 2013

Menginsafi Indonesia

Indonesia sederhana. Tapi senyatanya terlalu sederhana jika mendeskripsikan negeri ini hanya lewat satu-dua-tiga kata. Perlu banyak kata untuk menjelaskan. Butuh bermacam perspektif untuk menerjemahkan. Dan Ahmad Yunus, -bersama Farid Gaban- lewat buku ini menyajikan realitas Indonesia dalam aneka cerita, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. 

Narasi Yunus amat memesona. Benar-benar hidup. Membikin setiap orang yang membacanya serasa diseret untuk ikut ke dalam petualangan ajaib dua orang 'nggak waras' ini. Sungguh pengalaman yang menggiurkan. Yunus tampaknya berhasil menciptakan keinginan pada diri pembacanya untuk singgah di sudut-sudut nan elok Indonesia dan -tentu saja- sudut Indonesia yang penuh ironi: perompak berseragam, gelimangan kekayaan alam yang salah urus sehingga tak mengubah kemiskinan rakyat jadi kesejahteraan, kerusakan lingkungan, moda transportasi bahari yang mengenaskan, pembangunan terpusat di Jawa dan melupakan pedalaman hingga kegelisahan masyarakat di Perbatasan akan kesahihan NKRI. Ya, Indonesia seksi tapi hanya jadi halusinasi bagi sebagian mereka yang tinggal di gugusan pulau. Mereka yang jauh dari kehidupan Jawa. Jauh dari hiruk pikuk Jakarta. 

Makna terpenting dari buku ini adalah membangunkan keinsafan bahwa Indonesia bukanlah rumah ternyaman bagi sementara orang. Oleh karenanya, ibarat bangunan rumah, ada beberapa bagian dari rumah Indonesia yang bobrok yang perlu dibenahi dan diberesi. Tidak menunggu nanti-nanti. Segera.