Pages

Senin, 03 Oktober 2011

Oktober Melankoli

OKTOBER DATANG membawa kegetiran. Ia aku jumpai di tengah jalan yang sudah sepi pada dini hari, sekira pukul dua belas lewat lima belas. Saat berpapasan mukanya tertunduk lesu dan tatapan matanya terus melihat ke bawah tidak mau mendongak ke depan. Jalannya lunglai semacam orang putus asa gara-gara putus cinta. Aku menyapanya tapi hanya hening yang aku dapat. Oktober acuh seakan tidak pernah ada suara yang terdengar memanggilnya. Aku rasa ia memang sedang patah hati.

Beberapa hari sebelum malam ini, Oktober bercerita bahwa ia hendak mengungkapkan cinta pada seorang gadis istimewa. Namun agak takut, karena Oktober tahu, ia tidak sendiri dalam upaya merebut hati si gadis istimewa tersebut. Dan yang lebih miris lagi pesaingnya adalah pria yang rutin berinteraksi dengan si gadis. Yang barangkali di mata si gadis, pria itu memiliki nilai seratus. Sedangkan Oktober... jangankan nilai seratus, bahkan nilai nol saja tidak bisa ia dapat. Jelas ini bukan kesan yang baik.