JANUARI BERKORESPONDENSI dengan Tuhannya, di bawah langit temaram, sepertiga malam. Hatinya tengah risau, pikirannya sedang kacau. Sebabnya? Hanya Januari yang boleh tahu. Yang pasti ia memohon kepada Tuhannya, agar semesta mengirimkan pertanda. Lalu?
"Entahlah," begitu kata Januari kepadaku.
"Aku berupaya menerjemahmen saja hal-hal yang tidak terjamah. Dimulai dari sebentuk rupa yang bersarang di ceruk bunga tidur dua hari beberturut-turut. Lantas keesokkan harinya ada kontak tak terduga bak seorang perempuan sedu sedan berkeluh kesah dengan kekasih yang sudah begitu dipercaya. Dan puncaknya adalah kemarin, kausa yang selama ini bikin centang perenang dipastikan telah hilang beterbangan," ujar Janu panjang lebar.
Seluruhnya berlangsung belakangan ini, sejak Januari memanjatkan doa tujuh hari lalu.
"Kau tahu maksud dari itu semua?" tanyaku.
"Hanya Allah yang tahu," Januari memungkasi dialog dini hari ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar