Kamis, 22 September 2011
Dari Balik Jendela
WAKTU MENUNJUKAN tepat pukul 08.00 pagi saat alarm ponsel di atas meja berdering untuk ke… entahlah. Karena setiap ia berdering, tindakan pertama dan aku lakukan berulang-ulang ialah mengambil ponsel, memicingkan mata sambil mengamati layarnya dan dengan cermat aku pencet tombol stop. Maka alarm pun berhenti merengeh sementara aku masih terbuai dalam alam imajiku.
Perlu kau ketahui kawan bahwasanya bangun tidur pukul 08.00 bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Bahkan ia menjadi hal paling menggemaskan dan sekarang sedang coba aku singkirkan. Sebab dengan bangun kesiangan, kau telah memotong beberapa jam hak hidupmu sendiri. Otomatis kau kehilangan sejumlah momen penting. Padahal beberapa jam yang kau pangkas itu bisa jadi adalah waktu-waktu berharga.
Aku harap ini untuk kali terakhir aku terlambat bangun. Pasalnya gara-gara urusan melek terlalu siang ini aku jadi melewatkan satu kesempatan mengaggumkan seumur hidupku.
Andaikan saja ketika alarm ponsel memekik aku segera bangkit atau setidaknya 15 menit lebih cepat sebelum pukul 08.00, tentu aku masih sempat mendapatinya. Saat-saat paling menakjubkan pada pagi cerah. Menikmatinya dari balik jendela. Sebagai pembuka hari yang indah. Kau tahu betapa eloknya detik-detik tersebut. Aku yakin kau pasti terpesona.
***
Sejauh ini, apabila dinilai dari perspektifku belum ada orang lain yang mampu menggeser posisinya di urutan pertama sebagai wanita paling memukau di kampung tempat tinggalku. Ia masih kokoh bertengger. Belum tergoyahkan.
Ia ibarat Mussaenda erythrophylla bunga yang tumbuh di daerah tropis. Membentang dari Afrika Barat hingga Asia Tenggara dan Cina Selatan. Ia bunga cantik yang mengundang kehadiran lebah madu, kupu-kupu dan burung kolibri.
Dan Mussaenda erythrophylla itu bernama Maira Rambutnya hitam lurus, mukanya halus tanpa jerawat. Bila ditilik dari samping, terlihat hidungnya yang agak sedikit mancung. Berkulit putih dengan wajah teduh, menyejukkan hati setiap laki-laki yang meliriknya. Barangkali usianya belum lagi 20 tahun. Namun setamat SMA, ia langsung bekerja sebagai pramuniaga toko roti Shouse Bakery.
Shouse Bakery sejatinya adalah toko roti kepunyaan orang hokian. Tapi dalam pengelolaannya dilakukan dengan kolaborasi bersama orang Jawa tulen. Sudah lebih 20 tahun berdiri. Shouse Bakery berada tidak jauh dari lokasi tempat Maira tinggal. Hanya sekitar tujuh meter sebelah barat dari ujung gang rumahku. Rumahku dengan rumah Maira juga tidak berjauhan. Satu komplek, hanya terpisah beberapa rumah saja. Oleh sebab itu, tiap Maira berangkat bekerja ia kerap memilih jalur yang melewati depan rumahku.
Itu pilihan tepat Nona. Dengan begitu aku dapat rutin memandangmu. Aduhai!
Sekarang hari Senin, menurut agenda yang tersimpan di folder memori otakku, yang sudah terjadwal rapi dalam file berlabel ’catatan dari balik jendela’, untuk mendapati Maira pada Senin, maka kau mesti siaga antara pukul 07.00 hingga 08.00 pagi.
Setelah itu kau bisa tetap tinggal di tempat untuk menunggu atau melakukan aktifitas seperti biasa. Pilihan kedua tentu sangat disarankan. Lalu pada sore harinya kau bisa kembali dan memantau lagi antara pukul 17.00 sampai menjelang Magrhib. Saat Itu adalah waktu di mana Maira pulang dari tempat kerjanya.
Jangan ketinggalan dan melewatkannya dengan sia-sia. Ini detik-detik paling spektakuler. Kau tahu, gara-gara rutinitas baru ini aku sampai hafal schedule kapan Maira berangkat dan kapan ia pulang dari Shouse Bakery. Sudah macam asistennya saja aku.
Berikut adalah jadwal kapan kau bisa menjumpai Maira versiku. Senin sampai Jumat: Maira jaga pagi. Ia berangkat antara pukul 07.30 atau 07.45. Tapi aku selalu stand by dari balik jendela kamar sejak pukul 07.00 tepat. Ia pulang pada pukul 17.00.
Kemudian akhir pekan, pada Minggu aku pernah menemui Maira pergi bekerja pada siang hari. Sekiranya pukul 11.30 hingga 12.00 kau mesti berjaga, dan ia pulang masih sama pada pukul 17.00. Untuk Sabtu aku belum lagi mengetahuinya. Yang jelas jadwal ini sifatnya tidak definitif. Sewaktu-waktu dapat berubah sesuai kebijakan manajer Shouse Bakery dan tentunya kemauan Maira sendiri.
***
Jarum di arloji Casio Quartzku sudah menunjuk angka 5 manakala Maira melintas di jalanan berkonblok depan rumah. Airmukanya terlihat kusut selepas 9 jam bekerja. Rambutnya tidak seklimis waktu pagi. Matanya menandakan gejala kelelahan.
Seragam dinas berupa hem lengan pendek dan rok sepanjang 5 cm di bawah lutut berwarna coklat muda nampak morat-marit. Ia melangkah agak sempoyongan sambil mencangklongkan tas Louis Vuitton di pundak sebelah kiri, sedangkan tangan kanannya memegang topi koki dan celemek. Kendati demikian, daya pikatnya tetap terjaga. Kecantikkannya tidak mungkin pudar.
Hey, kau tak boleh berburuk sangka dulu kawan. Percayalah sececah pun tidak ada pikiran jahat lebih-lebih kotor terlintas terhadap Maira. Agaknya perlu aku bocorkan saja, mengapa aku akhir-akhir ini bikin misi pengamatan dari balik jendela dengan obyek pantauan Maira.
Begini meskipun kami bertetangga, tapi kami sama sekali tidak pernah berkorespondensi. Mentok-mentok sebatas bertegur-sapa jika bersua di tengah jalan. Itupun dengan kadar waktu yang jarang.
Bocoran kedua yakni, terus terang sudah lama aku tercengang dengan kemolekan Maira. Secara persona aku tidak begitu mengenal bagaimana ia. Namun secara materi ia entitas yang mendekati sempurna. Gadis nomor satu magnet bagi para pria. Dan selagi ada peluang menikmati pesonanya sayang buat diabaikan.
Barangkali bisa jadi Maira berasal dari Orchidaceae atau suku anggrek-anggrekkan. Dan ia adalah golongan Dendrobium, anggrek hias paling populer, dengan kelopak bunga lembut dan terbentuk sempurna. Sebab ia ajaib. Mampu membius diriku sampai tergila-gila untuk waktu yang lama.
***
Betapa bahagia tentunya bilamana bisa menjumpai Maira. Walau hanya dari kejauhan. Meski cuma dalam hitungan detik. Namun dari yang jauh dan sebentar itu daya tariknya senantiasa terpancar hingga merasuk ke dalam jiwa.
Misi ini sedikit banyak telah mengurangi bebanku, yang menanggung rindu, yang memuja-muja kecantikanmu namun tak kunjung bertemu. Yang pasti, selama Maira masih memilih jalan yang sama juga Shouse Bakery tidak berpindah lokasi berjualannya, pemantauan dari balik jendela akan terus berjalan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
secret admirer Nn. Maira nih .... hahaha
BalasHapusceritanya menarik cba dbgi dlam 2 sesi psti tdk akn trllu pnjg :)
BalasHapusjgn lupa mampir ke eMingko Blog
Mussaenda erythrophylla itu nama latin dari tanaman mas atau nama orang ditunggu coment bactnya di link artikenya ini
BalasHapusPram banget deh...gayamu, well aku menikmati. setidaknya sedikit membayangkan bagaimana wujud dan rasanya jadi Nn Maira. heheh...good job Bro!
BalasHapus