Pages

Sabtu, 29 Mei 2010

Kesibukan Dua Tempat


*oleh-oleh dari Kaliurang. Dalam rangka Pelatihan Feature LPM Keadilan FH UII, 27-30 Mei 2010 di Wisma Putra Jaya.
Matahari sudah sedikit berbagi kehangatan, namun udara pagi terlampau dingin untuk bisa merasakannya. Seorang ibu tua berkacamata, pakaian motif batik dipadu rok ungu sepanjang 5 cm di bawah lutut tampak berseliweran sibuk menyiapkan kebutuhan untuk dua penyewa wisma. Dia penjaga wisma disini, Wisma Putra Jaya Kaliurang. Ada dua rumah disatu areal wisma ini, satu rumah (saya menyebutnya bergaya setengah klasik), warna gading, sudah sejak dua hari lalu ditempati. Sedangkan satu rumah yang lain bercat merah, kuning kalem, dan ungu sepertinya baru tengah malam tadi berpenghuni. Anak-anak bermain ayunan dan jungkat jungkit di depan rumah itu, ceria.
Segelas teh hangat menemani saya menulis, di teras rumah klasik. Alunan lagu Laskar Pelangi membuat suasana bertambah nyaman pagi ini. Dari tempat saya duduk, dua perempuan, berjilbab hijau costa dan hitam sedang sibuk berbincang di tangga taman sebelah selatan, berlumut dan masih basah karna hujan semalam. Saya tak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi mereka tak sadar jika ada sepasang kupu-kupu mendengarkan pembicaraan mereka.
Di tempat lain, anak-anak masih bermain jungkat-jungkit, "cepet medon!!" teriak anak kecil disitu. Ia ingin mengakhiri permainannya. Sudah capek atau ketakutan mungkin. Temannya bermain agak ngawur. Seorang ibu menyuapi anaknya. Sementara keluarga yang lain ada di pendopo sederhana, dikelilingi pepohonan cukup rindang, beraksitektur khas jawa, dengan 16 pilar penyangganya "jamur yang ada disop itu lho," ujar salah satu dari mereka. Sedang bercakap-cakap tentang makanan nampaknya. Selang beberapa menit kemudian makanan datang.
Musik berganti dari Laskar Pelangi ke Two Step Behind-nya Deff Lepaard, setelah melalui beberapa track dulu tentunya. Kesibukan berbeda terjadi di ruang utama rumah klasik. Sebagian tekun membuat tugas deskripsi, termasuk saya, sisanya melahap makanan dan masih tidur. Soto adalah menu pagi ini. Perpaduan kuah, bawang goreng, toge, kobis, sawi, bihun dan daging ayam tak segera membuat orang-orang yang tidur dan menulis segera menyantapnya. Mungkin karena aromanya telah hilang. Sudah sejak tadi soto itu tersaji di atas meja makan. Semut hitam mulai tergiur dan mengganyang jatah manusia.
Asap rokok perlahan memenuhi tempat ini. Untungya pintu dan jendela terbuka lebar, korden warna orange, bertekstur imajiner juga telah disibakkan sedikit menyegarkan hawa pegunungan di sini, karpet warna hijau daun menambah kesejukan. Kesibukan masih sama, hanya tak ada yang makan kali ini. Beberapa orang telah selesai menulis deskripsi, ”Zi,buat folder deskripisi simpen disitu,” perintah Ikhwan, instruktur acara. Satu orang lagi, Andi terlihat pesimis, ”wes rasah dipikirin, mosok pimred kalah karo Kuncoro, kui barang redpel,” ujarnya ketus.
Sementara pendopo sepi. Meninggalkan sepasang wanita dan pria. Si wanita menyapu lantai yang berserakan sisa-sisa makanan, sang pria mengangkut gelas. Anak-anak berhenti bermain ayunan dan jungkat jungkit. Si anak yang disuapi Ibunya juga sudah kenyang, begitupun orang-orang di tempat itu tadi. Tak ada lagi keramaian di pendopo, sudah masuk ke dalam rumah atau ada juga yang keluar dengan aktifitasnya masing-masing. Kesibukan kini terpusat di Rumah bergaya klasik, di ruang utama. Menyelesaikan deskripsi sesegera mungkin menjadi tujuan hidup kami hari ini, ”maksimal pukul setengah dua belas harus sudah dikumpul,” intsruksi Ikhwan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar