Pages

Senin, 10 Mei 2010

Retrospeksi Chocomelt


*Belajar menulis prosa

Secangkir teh dan sepiring popcorn menemani kami bercengkerama, di ruang pelit cahaya dan orang sekeliling sibuk dengan aktifitasnya masing-masing, didepan layar laptop, dengan jarinya bermain pada tuts keyboard dan kami pun seperti itu, sementara yang lain ada juga yang sedang memadu kasih. Namun satu hal yang membuat saya sedikit lega malam ini, tampaknya kawan saya sudah mampu melupakan masalahnya, harapannya begitu karna dua jam sebelum kami sampai disini, dia bercerita tentang kisah dramatisnya pada seorang wanita yang dianggap telah mampu memutarbalikan logika dan hatinya dengan berbagai kelebihan serta kekurangan.
Celoteh
Bagi dia hari ini tentu tak seindah dulu. Tepatnya dua bulan lalu, saya bersamamu merayakan ulangtahun perempuan penyuka chocomelt. Hal yang lazim bagi tiap lelaki untuk memperlakukannya lebih dari hari biasa, dihari jadinya. walau mungkin dia tidak pernah meminta apalagi mengharapkan. Namun Chocomelt tetap mengantarkan kepergianmu juga, dan tentu saya yang menemanimu ke suatu tempat, dimana saya atau kamu tak pernah tau dimana. Menyerah, kata itu seolah tak terbesit dalam gigihnya semangatmu, terus menyerang hingga 'musuh' tertangkap. Memang perjuanganmu akhirnya membawa hasil, kami menemukan dimana persembunyian 'musuh'. Saya dan Kamu bertemu dengannya, dan ternyata juga dengannya, kelak setelah kamu kemudian hari. Chocomelt itu sampai juga ke orang yang berhak menerima, dengan kondisi sudah cair, tidak jua mencairkan suasana kala itu. Terhenyak dan terlampau dingin untuk sembari berceloteh sekenanya. Pun begitu chocomelt itu telah ditangan perempuanmu kawan, misimu berhasil!! dan setelah perjalanan panjang ini, apa yang kamu inginkan, jika pada akhirnya chocomelt itu akan membentuk filosinya sendiri, sesuai jalan cerita yang kamu alami hari itu dan beberapa hari dengan kondisi menyesakkan.
Ekspektasi
Mencair dalam perjalanan memperjuangkan ekspektasimu, dan meski kini harus benar-benar mencair ku kira tak ada yang sia-sia. Seperti yang kamu ceritakan kala melintas di jalan tadi, ada nilai yang bisa kamu dapat. Pengalaman dan dewasa, pengalaman telah mendewasakanmu, mungkin begitu tepatnya, dan itu pelajaran. Bukan berarti kamu gagal, namun itu bekal. Sebuah pretensi yang tak pernah kamu harap ada tapi itu bermanfaat. Ada suatu adagium, masa lalu akan selalu ada dihalaman terdepan sebuah buku. Kamu tak akan pernah lupa dan akan selalu melihatnya setiap kamu akan membuka buku itu. Satu hal yang bisa kamu catat adalah, masa lalu itu juga sebuah rencana, rencana untuk masa depan. Jadi biarkan kisahmu itu menjadi sampul, biarkan saja chocomelt itu mencair, sementara kamu harus tetap melangkah, menggoreskan tinta dengan segala ekspektasi barumu dan bukan terus menangisi hal yang justru membuatmu semakin terperosok. Chocomelt tidak bisa mengalahkanmu, apalagi mengungkungmu. Chocomelt hanya artifisial belaka, dia mencair, itu menunjukan dia tidak bisa mempertahankan bentuk aslinya. Asumsikan sendiri apa itu..

1 komentar: