Selasa, 04 Mei 2010
Problematika Buruh dan Momentum Hari Buruh Sedunia
Buruh merupakan bagian terpenting dari proses produksi yang ada dalam suatu perusahaan. Kekosongan kursi direksi perusahaan tidak akan menimbulkan banyak permasalahan dengan terhambatnya produksi, berbeda jika dibanding dengan ketiadaan perusahaan tanpa buruh, sedikit banyak akan sangat berpengaruh pada produksi yang jadi terbengkalai dan membuat perusahaan tidak memiliki income. Jika mengibaratkan dengan anatomi tubuh, maka buruh adalah jantung-nya perusahaan, begitu pentingnya keberadaan buruh, hingga perusahaan juga sangat bergantung pada kerja buruh. Jika buruh berhenti bernafas, berakhirlah kehidupan perusahaan tersebut.
Sebagai bagian paling vital dalam sebuah perusahaan, bukan berarti mereka mendapatkan protect lebih dari atasan ataupun Negara. Ironis memang, buruh bekerja banting tulang untuk menghidupi perusahaan (keluarga juga tentunya), menyumbangkan pemasukan bagi Negara lewat pajak, melawan lelah dan kerasnya aturan, dari semua dedikasi kerja yang mereka lakukan, tidak kemudian ada kepedulian dari pengusaha maupun Negara untuk menaikan taraf hidupnya, mensejahterakan dan memberikan perlindungan ekstra bagi mereka. Perlindungan terhadap pekerjaan dan perlindungan untuk memperoleh perlakuan adil.
Sistem Kerja Kontrak atau outsourching menjadi isu pokok yang kerap dilontarkan oleh kawan-kawan buruh dalam perjuangan untuk mendapat keadilan. Outsourching tidak membawa dampak baik bagi buruh, sistem ini akan banyak menguntungkan perusahaan dan merugikan pihak buruh. Perusahaan tempat buruh bekerja akan merasa save karena tidak bertanggungjawab langsung pada buruh, tapi menjadi tanggungjawab perusahaan penyedia jasa pekerja. Upah yang diberikan pun harus melalui perantara pengusaha penyedia jasa pekerja, yang berpotensi timbul penyelewengan, dimana upah dapat dipotong terlebih dahulu sebelum diberikan kepada buruh. Keadaan tidak adil ini, malah diakomodir oleh Negara, dalam UU No. 13/2003 dengan melegalkan sistem outsourcing.
Outsourching menjadi salah satu hal yang banyak dikritis eksistensinya dalam permasalahan hubungan industrial antara pekerja dan pengusaha. Perjanjian kerja waktu tertentu, juga menjadi isu sektoral yang banyak diperjuangkan untuk dihapuskan. Sistem tersebut tidak memberikan jaminan pada kelangsungan hidup pekerja, dan pengusaha cenderung menggunakan sistem semacam itu dari pada merubah status buruh menjadi pekerja tetap.
Dua hal tersebut diatas merupakan permasalahan yang sering mengemuka ke permukaan, selain itu sesungguhnya masih banyak lagi problematika yang menyelimuti buruh. Dari rendahnya upah, tidak ada perlindungan keselamatan kerja hingga masalah Pemutusan Hubungan Kerja yang sewaktu-waktu bisa dialami oleh mereka. Dan momentum hari buruh tiga hari lalu, tepatnya 1 Mei 2010 menjadi ajang untuk memperjuangkan hak dan nasib para buruh, bahkan hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengadakan agenda makan siang bersama buruh. Kepedulian terhadap buruh seolah menjadi buah bibir dimana-mana pada momen tersebut, pertanyaannya kemudian apakah makan siang bersama akan merubah nasib buruh atau hanya pada moment hari buruh saja dengung perjuangan terhadap buruh terdengar diseantero Negeri lalu setelah itu keadaan buruh juga tidak semakin membaik, tentu bukan itu yang diinginkan.
Nasib buruh tidak ditentukan hanya pada moment tertentu, tapi dibutuhkan kepedulian setiap waktu dari semua kalangan, terutama pengusaha dan Negara. Pengusaha sebagai tempat untuk bergantung pada pekerjaan dan upah, sedangkan Negara sebagai pihak yang memberikan legalitas pada arah suatu perusahaan terhadap kebijakan hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja. Moment hari buruh bisa menjadi refleksi akan pentingnya hak-hak buruh untuk dipenuhi, bukan makan siang saja yang bisa dilakukan, tapi juga harus ada tindakan nyata dari pemerintah untuk memperhatikan nasib buruh. Undang-undang yang sama sekali tidak berpihak pada nasib buruh, segera mungkin dirubah atau dihapus jika perlu. Kepedulian terhadap buruh harus mulai dibangun mulai dari sekarang, sehingga tidak hanya pada saat ada moment saja kepedulian itu lahir. Semoga peringatan hari buruh kemarin bisa jadi titik tolak perubahan nasib buruh untuk jauh lebih baik lagi kedepan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar