Senin, 27 September 2010
Gadis Hidung Mancung
Gadis itu berjilbab ungu. Tidak sepenuhnya tertutup, rambutnya tampak masih sedikit menyembul keluar. Ia berkemeja putih garis-garis dan celana jeans ketat. Aku sedikit kurang padu dengan penampilannya. Tapi tak apalah, ini soal selera. Mungkin dia sedang berhasrat dengan sandang macam itu. Aku tidak akan bahas masalah selera, toh nanti bisa berubah.
Saat ini kau jadi pemenang, juara satu gadis muda jelita di kampungku. Aku kira orang lain akan sekata dengan pendapat ini. Secara lahiriah sepatutnya mereka, atau paling tidak sejumlah orang punya kesan sama denganku dalam menilaimu.
Kau sering tak menutup kepalamu dengan kerudung. Manusia akan lebih mudah menaksir. Rambut panjang terurai, jadi mahkota terindah daya tarikmu. Kalau tak salah lirik kau sekarang berponi. Wajah sayup meneduhkan hati tiap pria yang menilikmu. Kulit putih mulus kau punya, postur tubuh ideal milikmu. ”Satu tutur mutlak, tanpa tawar, kau cantik!” Bagaimana dengan pedalamanmu, sifat bahkan imanmu? Aku tak bisa, dan tiada hak bagiku menakarnya lebih dalam. Sejauh aku kenal, kau gadis baik dan taat beribadah. Semoga terus seperti itu.
Berlebih aku basa-basi. Padahal hanya sececah niat yang terutarakan. Tidak mendesak sesungguhnya, tapi ingin sekali aku ungkap. Begini, mengamatimu dari depan sudah berulang-ulang, nampak belakang apalagi. Kali ini dirimu aku bidik dari samping, sudah cukup sering juga sebenarnya. Namun sekarang penafsiranku sedikit berbeda, atau mungkin aku tak perhatian saja selama ini. Aku memergoki kau berhidung mancung. Ya, hidungmu terlihat bangir dibawah sinar lampu yang menerangimu. Senyum legitmu kian membuat berat untuk beralih pandang. ”Ah, benar-benar sempurna! Lengkap sudah pesonamu wahai gadis muda."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
woa.. yogi tulisanmu bagus2 ya.. km bs membahasakan sesuatu yang simpel jadi istimewa. ditunggu karyamu dalam sebuah buku =)
BalasHapusmantaps..
BalasHapusaq cemburu, ternyata masih ada rasa terpendam mu padanya, hehhehe^^
BalasHapus@ Ningrum: Amien. Makasih rum. Bisa donk sharing2 ma kamu bagaimana tips nerbitin buku yang baik dan benar.hoho..
BalasHapus@ Asep: makasih sep
@ Anonim: ehm, hadeh-hadeh, maaf deh. aku gak tau kalau kamu masih ada rasa sama aku.he2