Pages

Sabtu, 18 September 2010

Tabik Untuk Nama

Nama, aku ingin bilang, kalau potongan huruf yang akan mengeja namamu telah aku susun dan menjadi satuan kata utuh, tertulislah namamu. Aku titipkan pada seorang teman kemarin, melalui pesan pendek berisi tabik dariku. Seluruhnya tercatat singkat seperti ini, ”sampaikan salam untuk Nama, bila ia datang nanti.” Maaf bila lancang tanpa konsesi. Awalnya sungguh kulakukan sekedar gurau belaka.

Namun kian lama, aku terpikirkan juga, teringat persuaan cepat dulu kala. Canggung tanganku mewakili mulutku berbahasa, tapi mesti aku beri tahu juga. Aku berpretensi kau menjawab, meski dengan syarat tentunya, tabik sampai padamu. Entah sudah kau dengar sendiri atau tidak dari temanku itu.

”Bila sudah, aku menunggu balasmu Nama. Jika tidak, biarlah aku menanti dan kau tak perlu tahu, atau kau mau tak peduli, tak apalah, itu hakmu.” Sebatas premis saja, beribu lelaki menganggumimu. Bahkan barangkali bagi mereka, dapat memiliki adalah suatu kemuliaan, begitu pun aku. Memang namamu terlalu indah untuk disendirikan. Bahwasannya telah kau tetapkan pilihan, semoga manusia baik yang akan mendampingimu. ”Beruntunglah lelaki itu kelak, andai dapat menyanding namamu, Nama.”

7 komentar:

  1. hasil dari tiap pagi baca koran pagi bertuliskan headline "Kedaulatan Rakyat". Inilah subsesi dari eksistensial seorang anak dari kampung Demangan. Love it!

    BalasHapus
  2. Aha, apa yang telah didapat dari koran berslogan "suara hati nurani rakyat" itu? he2 Cuma sekedar iseng mengisi waktu aja. Btw maksud komentarmu apa sih dit?hehe..

    BalasHapus
  3. tabik untuk W.I.D.I.*, heheee...

    BalasHapus
  4. Asem kowe jar.hahhaa.. piye udah bisa blogmu dioperasikan?

    BalasHapus