Pages

Kamis, 01 Juli 2010

Obituari Untuk Artha

Mendadak terhenyak, mendengar kabar kecelakaan tentang dirimu. Mencari tahu, semoga tetap dalam kondisi baik. Namun tak kunjung saya dapat kabar itu. Selang 60 menit, satu pesan singkat tanpa nama masuk ke ponsel saya. "Artha meninggal ya Yog," tertulis pendek.

Dia, Artha Kurnianto, 22 tahun, Orang Klaten. Wajahnnya kotak, rambut cepak, meski dulu sempat direbonding. Rahang kukuh, tubuh gemuk, dada tegap, membusung. Logat medok kentara ditiap tutur katanya. Pertama mengenal, ketika kami satu kelas, disemester pertama kuliah. Awalnya tak begitu dekat, tapi masa menyuruh untuk berteman karib. Bukan keterpaksaan.

Polah, celetuk dan ejekanmu urung dilupakan. Saya sempat jadi mangsa. "Kowe ra jipok skripsi semester wingi jare meh magang. Weelaa, jebul kowe rasido magang tho. Lha ngopo ra jipok wingi wae nek ngono," candanya ketus, sambil tertawa tanpa maksud menghina. Segelintir, ya itu hanya segilintir saja impresi tentang kamu. Ada banyak dan biarlah terekam di memori saya.

Setelah itu, cukup lama kita tak berjumpa. Terakhir bersua, kamu sudah sarjana. Mengeluh, melamar kemana-mana tak jua dapat kerja. Hingga saya dapat berita, kamu telah tiada. Kecelakaan meregang nyawa. Kamu mati muda, usiamu pendek. Sependek pesan singkat yang mengabarkan kematianmu.

Sekarang, sudah kamu dapatkan pencaharianmu, kekal, bekerja untuk dan di surga. Hampir 4.5 tahun mengenalmu, sosok yang menyenangkan. Selamat tinggal kawan, doa saya, dan kami semua menyertai. Semoga lapang jalanmu ke alam baka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar